Selasa, 20 Juli 2021

PENTINGNYA PEMERIKSAAN UNTUK KENDALIKAN PANDEMI COVID-19 DENGAN MENGETAHUI PERBEDAAN DARI PEMERIKSAAN RAPID TEST ANTIBODI, RAPID DIAGNOSTIC TEST ANTIGEN, GENOSE, DAN RT-PCR (REVERSE-TRANSCRIPTASE POLYMERASE CHAIN REACTION)

 Semakin mewabahnya COVID-19 di Indonesia menjadikan keprihatinan kita semua, baik itu pemerintah, maupun swasta. Semakin banyaknya jumlah penderita juga menuntut untuk segera diadakannya pemeriksaan untuk mendeteksi infeksi dari virus corona atau SARS-CoV-2.

 

APA ITU VIRUS CORONA ?

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. Virus ini bisa menyerang siapa saja, seperti lansia (golongan usia lanjut), orang dewasa, anak-anak, dan bayi, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui.

 

MENGAPA PENTING UNTUK KITA MELAKUKAN PEMERIKSAAN ?

Pentingnya pemeriksaan COVID-19 untuk mengendalikan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh virus corona. Pemeriksaan itu dilakukan untuk mengidentifikasi siapa saja orang yang sudah tertular. Jika orang-orang yang tertular sudah dapat diidentifikasi, maka hasil pemeriksaannya akan ditindaklanjuti dengan arahan untuk melakukan isolasi mandiri bagi mereka yang teridentifikasi positif COVID-19. Kemudian, pemeriksaan COVID-19 juga dinilai perlu dilakukan agar orang-orang yang teridentifikasi positif COVID-19 dengan gejala berat bisa dapat segera dirawat dan diobati.

Dengan begitu, dapat menghentikan penularan virus penyebab COVID-19 dan persentase angka kesembuhannya bisa menjadi lebih tinggi. Fakta menunjukan COVID-19 jauh lebih berbahaya menyerang orang dengan kondisi kesehatan yang kurang baik, terlebih mempunyai penyakit bawaan atau komorbid. Istilahnya, telah terjadi kondisi tubuh yang immunocompromise atau sistem imun yang lemah. Akibat kondisi tersebut, apabila terjadi infeksi penyerta pada kelompok ini dapat diprediksi berpeluang besar akan menyebabkan keadaan memburuk dengan tingkat keparahan yang tinggi.

 

Berikut ini beberapa pemeriksaan yang dapat digunakan :

1.             RAPID TEST ANTIBODI

Pemeriksaan rapid test antibodi digunakan untuk mendeteksi secara dini terjadinya suatu infeksi atau screening awal terhadap infeksi virus corona. Fungsi dari pemeriksaan ini yaitu untuk mendeteksi adanya antibodi IgM dan IgG terhadap virus corona atau SARS-CoV-2. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang sudah mempunyai antibodi (kekebalan) terhadap virus tersebut. Antibodi ini mulai muncul pada hari ke 14 sampai memuncak pada hari ke 28 sejak terjadinya infeksi dan masih bisa dideteksi sampai pada hari ke 35. Pada hari ke 5-7 setelah terinfeksi virus SARS-CoV-2 tubuh akan membentuk antibodi IgM yang kemudian akan diikuti oleh timbulnya antibodi IgG pada hari ke 8-10. IgM akan menghilang dan IgG akan bertahan lebih lama dalam tubuh dibandingkan IgM. Bagi para klinisi, gambaran tersebut dapat dianggap sebagai bentuk kekebalan tubuh terhadap virus. Artinya, antibodi ini melindungi tubuh dari infeksi dengan “mengingat” virus yang telah dihadapi pertama kali. Biasanya hasil rapid test disebut “reaktif” dan “nonreaktif”. Artinya sama dengan positif dan negatif.

Seberapa efektifkah rapid test antibodi dalam mendeteksi COVID-19?

Hasil pemeriksaan sangat tergantung pada fase infeksi dari virus dan respon dari tubuh dalam membentuk antibodi terhadap virus. Pada awal infeksi, antibodi belum dapat terdeteksi yang dapat menyebakan hasil pemeriksaan non-reaktif. Pada pasien dengan immunitas yang rendah antibodi juga dapat tidak terdeteksi, terhadap hal tersebut maka konsultasi dan pemeriksaan fisik terhadap pasien dari seorang dokter sangat dianjurkan.

·               Prinsip Kerja

Prinsip kerjanya adalah mendeteksi virus dengan pendekatan yang menggunakan penilaian kadar Immunoglobulin M (IgM) dan Immunoglobulin G (IgG) didalam darah yakni sejenis antibodi yang dibentuk oleh tubuh saat mengalami infeksi virus. IgM menandakan infeksi pertama kali dan IgG menunjukkan paparan sebelumnya. Apabila seseorang terinfeksi virus corona atau SARS-CoV-2, maka tubuh orang tersebut akan membentuk antibodi spesifik terhadap virus SARS-CoV-2. Antibodi (IgM/IgG) yang ada pada serum darah akan mengikat antigen rekombinan yang ada pada kaset pengujian sehingga terbentuk kompleks antigen-antibodi. Kompleks antigen-antibodi akan mengikat anti-human antibody pada kaset pengujian sehingga menghasilkan perubahan warna pada indikator garis IgM dan atau IgG. Adapun, indikator kontrol harus selalu terlihat untuk menandakan sampel telah mengalir disepanjang kaset pengujian (Jacofsky, dkk 2020).

·               Sampel

Sampelnya cukup dengan darah perifer yang diambil dari ujung jari ataupun menggunakan darah vena dan dikerjakan dengan metode immunochromatography.

·               Durasi

Lama waktu yang dibutuhkan untuk mendeteksi ada tidaknya antibodi dalam darah adalah 5 hingga 10 menit.

·               Prosedur

Prosedur pemeriksaan rapid test antibodi dimulai dengan mengambil sampel darah dari ujung jari yang kemudian diteteskan ke alat rapid test. Selanjutnya, cairan untuk menandai antibodi akan diteteskan ditempat yang sama. Hasilnya akan berupa garis yang muncul pada pita uji control (C), test 1 (T1/G) dan test 2 ( T2/M).

 


 

·               Waktu Terbaik Untuk Tes

Disarankan untuk melakukan tes yaitu 7-10 hari setelah terpapar virus.

·               Kelebihan

Ø  Pemeriksaan ini efektif bila dilakukan sesudah timbul gejala sejak hari ke 6 atau ke 7 terinfeksi, karena tubuh sudah membentuk antibodi

Ø  Hasil bisa dapat langsung dibaca dalam waktu lebih cepat

Ø  Harganya lebih murah

Ø  Sensitivitas rapid test antibody berkisar 60-70 %

Ø  Spesifisitas rapid test antibody berkisar 97 %

·               Kekurangan

Ø  Tidak bisa digunakan untuk menentukan atau mendiagnosis seseorang terinfeksi COVID-19

Ø  Rapid test antibodi ini masih kurang akurat bila dilakukan di awal infeksi, karena antibodi seseorang biasanya baru akan terbentuk 14 hari setelah orang tersebut terinfeksi COVID-19

 

2.            RAPID DIAGNOSTIC TEST (RDT) ANTIGEN

Pemeriksaan rapid diagnostic test antigen digunakan untuk skrining dan diagnostik pada daerah dengan angka kesakitan yang tinggi dengan kesulitan pemeriksaan PCR. Tujuan pemeriksaan swab antigen adalah mengidentifikasi ada atau tidaknya infeksi aktif virus corona melalui antigen (protein spesifik) dari virus SARS-CoV-2 dan dapat mendeteksi adanya COVID-19 pada fase awal sebelum munculnya antibodi. Keberadaan antigen virus SARS-CoV-2 ini mengindikasikan terjadinya infeksi oleh virus tersebut pada tubuh seseorang. Nama lain dari rapid diagnostic test antigen ini adalah tes diagnosa cepat atau rapid swab dengan mengambil sampel lendir dalam hidung untuk pemeriksaan.

Jika didapat hasil positif, maka segera lakukan tes konfirmasi dengan pemeriksaan RT-PCR, isolasi sesuai dengan kondisi dan menerapkan protokol kesehatan. Jika didapat hasil negatif, tidak menghilangkan kemungkinan terinfeksi virus SARS-CoV-2. Disarankan mengulang tes antigen atau menjalani tes konfirmasi dengan RT-PCR terutama jika bergejala atau pernah berkontak erat dengan pasien terkonfirmasi positif COVID-19 dan hasil negatif mungkin terjadi ketika kuantitas antigen spesimen kurang dari batas deteksi alat.

·               Prinsip Kerja

Prinsip kerjanya adalah dengan mendeteksi antigen (protein spesifik) dari virus corona atau SARS-CoV-2 dalam spesimen yang akan berinteraksi dengan antibodi SARS-CoV-2 yang terkonjugasi dengan mikropartikel warna membuat antigen-antibodi berlabel kompleks. Kompleks ini bermigrasi pada membran melalui aksi kapiler sampai garis uji, dimana ia akan ditangkap oleh antibodi monoklonal protein nukleokapsid SARS-CoV-2 yang telah dilapisi sebelumnya (Scohy, dkk  2020).

·               Sampel

Sampel yang digunakan yaitu swab nasofaring dan dikerjakan dengan metode immunochromatography.

·               Durasi

Lama waktu yang dibutuhkan untuk mendeteksi ada tidaknya antigen (protein virus) adalah kurang lebih 15 menit.

·               Prosedur

Prosedur pemeriksaan rapid diagnostic antigen ini dimulai dengan mengambil spesimen hapusan lendir dari saluran pernafasan menggunakan swab yaitu dengan cara menyapukan dan memutar alat swab di bagian hidung. Setelah itu, akan diteteskan pada alat tes. Selanjutnya, diteteskan cairan untuk menandai antibodi yang mengandung antibodi sehingga jika terdapat antigen dalam bahan pemeriksaan yang diikuti peristiwa penempelan dengan antibodi yang tersedia dalam alat tes, maka secara signifikan gambaran ini menunjukkan hasil positif. Hasilnya akan berupa garis yang muncul pada pita uji control (C) dan test (T).


·               Waktu Terbaik Untuk Tes

Disarankan untuk melakukan tes yaitu 5-7 hari setelah terpapar virus.

·               Kelebihan

Ø  Metode antigen dapat dilakukan sejak awal terkena infeksi, selama fase akut bahkan sebelum atau tanpa adanya gejala. Artinya, tes diagnosis cepat antigen mampu mendeteksi keberadaan benda asing dalam tubuh secara dini dibandingkan RT-Antibodi

Ø  Akurasi dari rapid test antigen dipercaya lebih baik dan akurat jika dikomparasikan dengan rapid test antibodi, oleh karena tes yang dilakukan yaitu untuk mendeteksi virusnya, bukan respon tubuh terhadap virus

Ø  Mampu mendeteksi antigen dengan konsentrasi yang rendah

Ø  Sensitivitas dari metode ini yaitu >80  %

Ø  Spesifisitas dari metode ini yaitu 97 %

·               Kekurangan

Ø  Tidak bisa untuk menilai progres ke arah kesembuhan

Ø  Ketika antibodi sudah bergabung dengan antigen tertentu, hasil tes akan menunjukkan negatif palsu atau dengan kata lain antigennya tidak terdeteksi. Pada penderita dengan kondisi yang demikian bisa digambarkan sebagai orang yang sebetulnya mengandung antigen COVID-19 tapi malah dinyatakan negatif

Ø  Harga untuk pemeriksaan rapid test antigen ini lebih mahal dibandingkan rapid test antibodi.

 

3.            RT-PCR (Reverse-Transcriptase Polymerase Chain Reaction)

Test RT-PCR digunakan untuk diagnostik infeksi virus corona atau SARS-CoV-2. Pemeriksaan PCR test adalah salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk menegakkan diagnosa COVID-19. Pemeriksaan swab PCR sejatinya digunakan untuk mengkonfirmasi status pasien apakah positif atau negatif COVID-19. RT-PCR merupakan metode pemeriksaan virus SARS-CoV-2 dengan mendeteksi DNA dan RNA virus dan mendeteksi adanya virus dalam tubuh terhadap tiga target gen yaitu gen E, gen N dan gen RdRp.

·               Prinsip Kerja

Prinsip kerjanya adalah dengan mendeteksi keberadaan DNA dan RNA yang dideteksi oleh PCR melalui teknik amplifikasi atau perbanyakan. Karena virus corona penyebab COVID-19 merupakan virus RNA, deteksi virus dengan tes RT-PCR ini akan diawali dengan proses konversi (perubahan) RNA yang ditemukan disampel menjadi DNA. Proses mengubah RNA virus menjadi DNA dilakukan dengan enzim reverse-transcriptase, sehingga teknik pemeriksaan virus RNA dengan mengubahnya dulu menjadi DNA dan mendeteksinya dengan PCR disebut reverse-transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR). Setelah RNA diubah menjadi DNA, barulah alat PCR akan melakukan amplifikasi atau perbanyakan materi genetik ini sehingga bisa terdeteksi. 1 siklus amplifikasi ini disebut cycle threshold atau CT value. CT value merupakan jumlah siklus yang diperlukan hingga sinyal fluoresens melampaui atau melewati ambang (threshold). Dengan kata lain, semakin rendah nilai CT, semakin tinggi jumlah asam nukleat target dan hal itu mengindikasikan adanya infeksi virus corona baru (Hadaya, dkk 2020).

·               Sampel

Sampel yang digunakan yaitu swab nasofaring dan swab orofaring.

·               Durasi

Lama waktu yang dibutuhkan pemeriksaan ini adalah 1-2 hari.

·               Prosedur

Prosedur pemeriksaan diawali dengan pengambilan sampel lendir atau cairan dari nasofaring (bagian antara hidung dan tenggorokan) dan orofaring (bagian antara mulut dan tenggorokan). Pengambilan sampel ini dilakukan dengan metode swab. Tes PCR melibatkan 3 proses, mulai dari pengambilan sampel, ekstraksi materi genetik dari sampel, amplifikasi atau penggandaan materi genetik, dan pembacaan hasil. Hasil tes PCR akan menunjukkan positif atau negatif. Hasil positif berarti pasien terkonfirmasi menderita COVID-19. Sebaliknya, hasil negatif berarti pasien tidak menderita COVID-19. Pada pemeriksaan ini, biasanya akan dicantumkan nilai CT value yang menunjukkan banyak tidaknya virus dalam tubuh pasien. 


·               Waktu Terbaik Untuk Tes

Disarankan untuk melakukan tes yaitu 3 hari setelah terpapar virus.

·               Kelebihan

Ø  Metode ini merupakan metode yang dipakai dalam rangka diagnosis COVID-19

Ø  Alat mampu memeriksa dalam jumlah banyak dalam satu waktu

Ø  Memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi untuk mendiagnosis kondisi terpapar COVID-19, sebab sekali virus corona menginfeksi tubuh, maka virus akan terdeteksi melalui pemeriksaan ini

Ø  Metode ini merupakan metode yang direkomendasikan WHO untuk mendeteksi COVID-19

Ø  Memiliki sensivitas dan spesifisitas paling tinggi yaitu 99 %

·               Kekurangan

Ø  Pemeriksaan yang sedikit lebih rumit

Ø  Membutuhkan waktu yang lebih lama

Ø  Harganya lebih mahal

 

4.            GENOSE

Tes GeNose (Gadjah Mada Electronic Nose) yang dikembangkan oleh  Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyono, MSi., dan dr. Dian Kesumapramudya Nurputra, M.Sc, Ph.D, Sp.A dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,  adalah alat pengindera elektronik cerdas yang dapat melakukan penapisan/skrining terhadap infeksi SARS-CoV-2 melalui hembusan nafas pasien. Tujuan pembuatan alat GeNose C19-S adalah menyediakan alat skrining yang cepat, akurat dan non-invasif. GeNose adalah alat penyaringan (screening) COVID-19 yang dikembangkan Universitas Gadjah Mada (UGM). GeNose C19 mendeteksi keberadaan virus SARS-CoV2 penyebab COVID-19 secara tidak langsung / indirect dengan mendeteksi perubahan pola aroma gas napas (breath print) akibat interaksi metabolisme antara sel-sel tubuh dengan virus SARS-CoV2.

·               Prinsip Kerja

Prinsip kerja dari electronic nose adalah dengan cara meniru kerja indera penciuman manusia.  Teknologi sensor dikombinasi dengan sistem piranti lunak kecerdasan buatan yang dapat membedakan pola senyawa Volatile Organic Compound (VOC) yang dihasilkan oleh pasien yang dicurigai terinfeksi SARS-CoV-2. GeNose bekerja mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena adanya infeksi COVID-19 dan keluar bersama nafas melalui hembusan nafas ke dalam kantong khusus. Selanjutnya diidentifikasi melalui sensor-sensor yang kemudian datanya akan diolah dengan bantuan kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence). Alat ini juga dilengkapi dengan sistem cloud computing yang memungkinkan untuk deteksi virus corona jenis baru secara real time (UGM, 2020).

·               Sampel

Sampel yang digunakan yaitu hembusan nafas manusia.

·               Durasi

Lama waktu yang dibutuhkan pemeriksaan ini adalah 2 menit.

·               Prosedur

1.      Pada layanan pemeriksaan GeNose C19 Anda akan diminta untuk mengambil napas melalui hidung dan membuangnya melalui mulut sebanyak tiga kali

2.      Langkahnya adalah sebanyak dua kali di awal. Ambil napas dan buang di dalam masker. Lalu pada saat pengambilan napas ke-3, langsung hembuskan ke dalam kantong hingga penuh

3.      Kunci kantong agar udara di dalamnya tidak keluar dan serahkan kantong kepada petugas untuk dianalisis menggunakan alat GeNose C19. Pada alat sensor dalam tabung tersebut akan mendeteksi VOC dalam napas yang dihembuskan.

4.      Hasil pemeriksaan GeNose C19 ini akan keluar dalam waktu sekitar tiga menit. Pemeriksaan dilakukan satu kali tanpa pengulangan.


·               Waktu Terbaik Untuk Tes

Disarankan untuk melakukan tes 3-5 hari setelah terpapar virus.

·               Kelebihan

Ø GeNose diklaim memiliki kemampuan mendeteksi virus corona baru dalam tubuh manusia dalam waktu cepat dan sederhana

Ø Memiliki akurasi tinggi

Ø Memiliki sensitivitas sekitar 89-92 %

Ø Memiliki spesifisitas 90 %

Ø Penggunaan alat ini jauh lebih murah bila dibandingkan dengan tes usap PCR

Ø Pengoperasian alat dan analisis mudah

·               Kekurangan

  • GeNose C19 bukan alat utama untuk pemeriksaan COVID-19. Jika pada pemeriksaan menggunakan GeNose C19 keluar hasil positif maka tetap harus melakukan pemeriksaan lanjutan dengan metode swab PCR untuk menegakkan diagnosa COVID-19
  • Senyawa VOC dapat dihasilkan juga oleh kondisi infeksi dan keganasan
  • Hasil pemeriksaan dapat dipengaruhi oleh asap rokok dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang beraroma menyengat
  • Alat ini tidak dapat digunakan apabila kondisi udara dilingkungan kurang baik

 

Setelah mengetahui beberapa macam pemeriksaan untuk identifikasi COVID-19 serta mengetahui perbedaannya, maka diharapkan masyarakat mampu untuk membantu mencegah penularan COVID-19 dengan melakukan pemeriksaan COVID-19 dan tentunya mampu untuk tetap terus mematuhi protokol kesehatan dan menerapkan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat: mencuci tangan, menerapkan etika batuk, menggunakan masker saat sakit, menjaga stamina), dan physical distancing dimanapun berada. Sehingga, dapat membantu menurunkan angka penularan dan kematian akibat COVID-19 dan dapat meningkatkan presentase kesembuhan di Indonesia. Dengan begitu, pandemi yang terjadi dapat segera berakhir.

 

Nabilah Delia Noviana

 

DAFTAR PUSTAKA

·           Jacofsky D, Jacofsky EM, Jacofsky M. Understanding Antibody Testing for COVID-19. J Arthroplasty [Internet]. 2020;35(7):S74–81. Tersedia pada: https://doi.org/ 10.1016/j.arth.2020.04.055

·           Scohy A, Anantharajah A, Bodéus M, Kabamba-Mukadi B, Verroken A,Rodriguez-Villalobos H. Lowperformance of rapid antigen detection test as frontlinetesting for COVID-19 diagnosis. J Clin Virol2020;129(May):104455.

·           Hadaya, J., Schumm, M., & Livingston, E. (2020). Testing Individuals for Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). JAMA Patient Page, doi:10.1001/jama.2020.5388.

·           UGM. 2020. GeNose Innovation steps up to the diagnostic test phase.

·           PERHIMPUNANDOKTERSPESIALISPATOLOGIKLINIKDAN KEDOKTERAN LABORATORIUM INDONESIA(PDS PatKLIn). 2020. PANDUAN TATALAKSANA PEMERIKSAAN ANTIGEN RAPID TEST SARS-CoV-2.

·           Yanti, B., Ismida, F. D. and Sarah, K. E. S. (2020) ‘Perbedaan uji diagnostik antigen, antibodi, RT-PCR dan tes cepat molekuler pada Coronavirus Disease 2019’, Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 20(3), pp. 172–177. doi: 10.24815/jks.v20i3.18719.

·           Agustina, A. S. and Fajrunni’mah, R. (2020) ‘Perbandingan Metode RT-PCR dan Tes Rapid Antibodi untuk Deteksi COVID-19’, Jurnal Kesehatan Manarang, 6(Khusus), p. 47. doi: 10.33490/jkm.v6ikhusus.317.

·           World Health Organization (2020) ‘Deteksi Antigen dalam Diagnosis Infeksi SARS-CoV-2 Menggunakan Imunoasai Cepat’, Panduan Interim, (September), p. 9.Available at: https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/deteksi-antigen-dalam-diagnosis-infeksi-sars-cov-2-menggunakan-imunoasai-cepat.pdf?sfvrsn=222f2be3_2.

·           Wahjudi, M. (2020) ‘Kontroversi Metode Deteksi COVID-19 di Indonesia’, KELUWIH: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran, 2(1), pp. 32–42. doi: 10.24123/kesdok.v2i1.2994.

·           Halmar, H. F., Febrianti, N. and Kada, M. K. R. (2020) ‘Pemeriksaan Diagnostik COVID-19 : Studi Literatur’, Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 5(1), pp. 222–230. Available at: http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/4758.

PENTINGNYA PEMERIKSAAN UNTUK KENDALIKAN PANDEMI COVID-19 DENGAN MENGETAHUI PERBEDAAN DARI PEMERIKSAAN RAPID TEST ANTIBODI, RAPID DIAGNOSTIC TEST ANTIGEN, GENOSE, DAN RT-PCR (REVERSE-TRANSCRIPTASE POLYMERASE CHAIN REACTION)

  Semakin mewabahnya COVID-19 di Indonesia menjadikan keprihatinan kita semua, baik itu pemerintah, maupun swasta. Semakin banyaknya jumlah ...